Saya Akan Menikah...


Sudah lama tidak menulis. Saya merasa bersalah pada janji suci waktu itu, janji untuk menulis setiap hari ternyata suliiiiit sekali. Saya mengingkarinya. Mohon maaf pada diri sendiri karena masih belum berdisiplin sama komitmen.. #selfpukpuk T_T

Jadi, saya akan mulai menceritakan pengalaman yang manis yang saya dapat hari ini.

Bagi sebagian orang, tanggal 15 November 2012 adalah hari yang biasa-biasa saja. Namun, bagi sebagian lainnya, hari ini bisa jadi hari yang spesial. Jika ditanyakan pada saya, maka saya akan berikan nilai 80 untuk hari ini! Alasannya tidak lebih karena keinginan saya untuk menikah 5 tahun lagi semakin menggebu pada hari ini setelah melihat kakak sepupu melenggang ke pelaminan hari ini.


Kakak sepupu terlihat sangat cantik dengan kebaya berwarna emas dan kain songket yang menjadi busana utama selama acara pernikahan berlangsung. Kulit putih bersihnya menyatu dengan warna busana yang ia kenakan. Belum lagi rambutnya yang disanggul semakin menyempurnakan penampilannya. Tidak ketinggalan tata rias yang membuat wajahnya berkilauan dan senyumannya semakin manis. Siapapun yang melihatnya pasti akan setuju pada pendapat saya - dia cantik! Lalu, saya mulai terbang dengan semua pemikiran fenomenal itu... Tiba-tiba, secara "magis" saya bertranformasi jadi "calon-nikah-besok".

Menikah? Rasanya bukan soal umur. Umur saya sudah 20 tahun. Apakah sudah cukup untuk memikirkan pernikahan? Ada yang bilang saya belum cukup umur untuk memikirkan hal begituan. Begituan? Saya pikir sayasedang membicarakan "nikah" dan bukan "kawin", jadi saya rasa bukan itu masalahnya. Demikian juga pendapatan bagi rumah tangga. Saya pikir, walaupun pendapatan memang penting, dia tidak memegang peranan tertinggi dari suatu pernikahan.

Kesalutan saya adalah bagaimana kedua belah pihak mampu berkomitmen luar biasa. Kenapa luar biasa? Komitmen pernikahan adalah komitmen besar. Bayangkan, saya dan "orang asing" (karena dia bukan bagian dari keluarga atau orang yang biasa saya temui di rumah" akan berjanji sehidup semati di hadapan Sang Pencipta, akan menikmati setiap waktu bersama yang bersangkutan, saling mendengar hingga maut memisahkan, mampu menerima keberadaannya dalam suka maupun duka dan dalam sehat maupun sakit, mampu memperjuangkan apapun bersama-sama, saling mendoakan dan masih banyak lagi. Ya, bagi saya menikah itu komitmen "Saling Mencintai" secara kompleks. Mampukah senyum kebahagiaan pada saat janji pernikahan itu diucap akan bertahan sampai selama-lamanya?

Pikiran saya yang masih labil, sampai keliling-keliling ke arah sana. Saya lalu tertawa-tawa sendiri. Memang sih masih lama. Kalau saya boleh bercita-cita, saya akan menikah paling cepat di usia 25 tahun. Saya harus mapan dulu. Di usia 20 tahun ini, saya masih punya 5 tahun untuk bersiap-siap sebaik-baiknya.

Tak usah malu untuk memikirkan komitmen pernikahan. Tidak harus dengan pasangan kok. Paling utama ya komitmen dengan diri sendiri. Menikah memang butuh pasangan, tapi kalau diri sendiri tidak siap, pernikahan itu tidak akan terjadi. Setidaknya, sama seperti pendidikan dan karier, pernikahan juga harus punya perencanaan matang! Halah halah, seperti saya akan menikah besok saja!

Sesungguhnya semua masih rahasia Sang Pencipta, jadi semua harus dipersiapkan. Umur, pendapatan/penghasilan, fisik dan kedewasaan hanyalah faktor pendukung dari faktor utama yaitu sebuah komitmen. Happy wedding! 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar