Menulis
menjadi sebagian hal yang menyenangkan jika sudah berhubungan dengan perasaan.
Bagi sebagian orang, menulis lebih mudah untuk dilakukan dibanding bicara. Apa
yang kamu bicarakan tidak selamanya bisa direkam, tapi tulisan membuat kamu
bisa membacanya setiap saat diinginkan. Kali ini, saya akan menulis tentang
satu fase hidup yang harus saya lewati sebagai seorang mahasiswa tingkat akhir!
–GAK NYAMBUNG. Hahaha!
Saya
sedang senang-senangnya mengikuti salah satu kegiatan kampus. Wajib bagi
mahasiswa semester akhir seperti saya, PKM atau magang. Jika dikebanyakan
kampus kita harus mengikuti keduanya, di kampus saya hanya memilih salah satu
saja dari kedua kegiatan ini. Saya putuskan untuk tidak magang dan memilih PKM
(Praktek Kerja Mahasiswa). Saya harap saya tidak salah pilih. Senang amat bisa dapat nilai kuliah yang bagus, punya kegiatan yang bersentuhan langsung dengan masyarakat sekaligus DIET! *modus*
Awal
mula, orang tua tidak setuju. Alasan mereka PKM itu lokasinya jauh, jalannya
jelek, mana keringetan, nanti saya sakit. Saya langsung menjelaskan pada orang
tua saya bahwa hal ini adalah aman, mendidik sekaligus mengajari saya mandiri.
Ah ya, saya rasa kini pilihan saya tidak salah. PKM memang seru!
Hari
berganti hari, saat pengumuman kelompok PKM dan penentuan lokasi pun tiba.
Cukup mendebarkan menunggu hasilnya keluar. Siapa yang jadi teman-teman saya
nanti? Apa mereka bisa menerima keberadaan saya? Apa kita bakalan kompak?
Bagian bumi sebelah mana yang akan saya datangi nanti? Apa di sana sanitasinya
sudah baik? Segala macam pertanyaan berputar, terutama soal sanitasi. Semua
terjawab di papan pengumuman kampus. Di sinilah saya. Di sebuah dusun bernama Dusun Melati di Desa Punggur Kecil. Not
bad-lah.
Desa
ini terbilang mudah dijangkau. Kondisi jalan memang tidak 100% mulus, tapi
minimal saya tidak menemui banyak jalan tanah yang kalau musim hujan bakalan
licin. Dengan keadaan jalan yang cukup baik dan kebiasaan berkendara yang “menye-menye”
saya bisa sampai di posko PKM yang bertempat di salah satu masjid hanya dengan
30 menit perjalanan. Tidak jauh dan masih dekat dengan kota kok.
Kalau yang ini, foto ketua kelompok bersama kepala dusun saat mendirikan plang nama di depan rumah bapak kepala dusun :
Yang tadinya enggak punya plang nama dusun sehingga membuat saya dan teman-teman kelompok jadi tersesat, sekarang sudah ada plang-nya! Semoga tidak tersesat lagi ya. Hihihi..
Memang
awal-awalnya sempat tersesat. Saya dengan teman sekelompok memang sangat unik.
Apapun yang terjadi, masih tetap bisa ketawa cantik, termasuk waktu sedang
menunggu salinan peta dari kantor kepala desa. Nama dusun melati memang banyak,
tapi sarana penamaannya yang masih kurang tepat. Saya tidak tahu apa jadinya
kalau sampai tidak ada peta itu. Ternyata dugaan memang benar. Wajarlah
tersesat, tidak ada plang nama dusun di calon tempat saya akan beraksi PKM.
Ini dia foto-foto teman baru saya di Dusun Melati:
Ulala, sempat jadi seksi dokumentasi dadakan :
Hembusan
nafas terengah-engah masih terasa, melihat jalanan yang masih panjang untuk
ditempuh. Tapi tetap optimis. Sudah 4 kali pertemuan dengan berbagai kegiatan
yang sudah kami laksanakan. Masih ada 4 pertemuan lagi. Berharap semuanya dapat
berjalan lancar dan mmberikan manfaat bagi saya dan teman2 serta warga sekitar.
Beberapa kegiatan bersama warga :
Bagus-baguskan fotonya?
Terima kasih buat teman-teman dokumentasi : Bang Roma, Bang Agung dan Cempaka :D
cieeeeeeeeeeeeeeee
BalasHapusapa cieeeeeee? :D
BalasHapus